29 August, 2013

Jalur Sogok, Jalur Siapa berkuasa dialah hukum dan Online atau Off line bagi Pencari Keadilan

Mungkin kita sering mendengar budaya SOGOK, apa sih yang dimaksud sogok atau menyogok itu? dalam kamus bahasa Indonesia sogok memiliki pengertian tindakan memberikan sesuatu [bisa uang]. Demikian pula dalam penegakkan hukum sering didengar istilah sogok agar seseorang dipermudah urusannya dalam urusan hukum, bahkan bisa merubah kedudukan hukum dalam suatu perkara, sesuai yang diinginkan [menjadi menang atau menjadi tidak dihukum, atau bahkan menyogok agar menjadi kalah]. Bahasa gampangnya, ia bisa membeli keadilan dan hukum, sesuai sogokan yang telah diberikan kepada si-penerima. Biasanya sogokan itu terjadi sebelum sebuah proses hukum menjadi selesai, atau bisa pula sogokan itu terjadi dalam bentuk janji konkrit yang gampang dilaksanakan oleh si-penerima setelah proses hukum itu dilaksanakan.

Dalam penegakkan hukum, selama masih pakai lembaga SOGOK buat ngerubah fakta, merupakan sebuah contoh konkrit manusia tidak sportif. Capek membahasnya, bagi saya upaya sogok itu cuma bentuk dari orang-2 pengecut, pemalas, yang tidak berani bertanggung-jawab untuk apa yang sudah diperbuat atau harus diperbuat di muka hukum. Banyak manusia pengecut macem begini, yang akan tersingkir secara alamiah di masyarakat. Dengan cara menyogok ini mereka bertahan tidak akan lama, yang pada akhirnya benar-benar tersingkir dari "arena pertandingan yang sportif".

Zaman dulu sampai tahun 1998 juga dikenal adanya upaya BEKING, agar orang lemah atau orang benar itu kalah dengan si pemilik kepentingan [khusus]. Sering terdengar istilah, misalkan ada jalur-presiden, jalur jenderal, jalur kopral, jalur menteri, bla-bla-bla agar orang lain takut dan tersingkirkan hak-hak.nya yang sah menurut hukum. Jalur ini saya sebut siapa yang berkuasa maka dialah hukum. Jalur jenis ini mulai menipis [walau masyarakat tak sadar, terkadang sering mencari-cari beking yang tak perlu]. Saat ini yang tersisa tinggal jalur hijau walau pun sudah mulai dijarah buat bikin apartemen, ruko, pabrik. Orang sekarang ga perduli dengan "jalur siapa berkuasa dialah hukum" karena sudah ada jalur online atau off-line [di internet].

Sekarang untuk menegakkan keadilan dan hukum, tinggal tersisa jalur sogok, yang kalau tidak kita [masyarakat, juga para penegak hukum] yang mulai meminimize jalur sogok ini, maka jalur ini tidak akan pernah habis, bahkan semakin mahal. Jalur sogok dalam pengamatan saya tersisa hanya pada bagian elite politik yang kaya raya, atau para pebisnis yang jorok [terbiasa nyogok], ketika mereka terlibat dalam perkara [hukum]. Namun para pengusaha muda, seiring dengan perkembangan zaman, lambat-laun mulai menghilangkan kebiasaan menyogok ini, selain mereka berkompetisi secara positif. Untuk itu ayo budidayakan kebiasaan Tolak SOGOK dan berkompetisi sehat.

Robaga Gautama Simanjuntak, SH. MH
advokat-rgsmitra.com